5KYyiVKb-LZwL52Ya5xooIyU9Yk catatan fats: KEMBALI KE EKONOMI SYARIAH, WHY NOT?

Wednesday, 28 November 2012

KEMBALI KE EKONOMI SYARIAH, WHY NOT?



Ekonomi, adalah salah satu hal yang sangat diperlukan oleh manusia dan tak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Bicara tentang ekonomi tak terlepas dari dua kutub yang saling berlawanan, yaitu ekonomi syariah dan juga ekonomi konvensional, diantara keduanya takkan pernah ada kesamaan.


Ekonomi syariah vs ekonomi konvensional (sejarah dan pengenalan )
Ekonomi syariah adalah ekonomi yang sesuai dengan tuntunan syariat islam yaitu al-qur’an dan as-sunnah ekonomi syariah bisa juga disebut ekonomi rabbani.  Sekian abad lamanya ekonomi syariah Berjaya sejak pada masa rasulullah saw, dalam setiap transaksinya digunakan mata uang dinar, mata uang emas yang diadopsi dari mata uang kerajaan romawi, selain dinar mata uang yang digunakan dalam transaksi  adalah dirham, yaitu uang yang terbuat dari perak, diadopsi dari mata uang kerajaan Persia. Ekonomi syariah tidak setuju adanya riba ataupun bunga, karena hal itu akan membuat ketimpangan sosial. Selain itu prinsip ekonomi syariah adalah untuk kemaslahatan dan pemerataan keadilan  bukan penindasan atau pengkayaan kelompok tertentu. Selama kejayaannya banyak tokoh-tokoh ekonomi syariah beberapa diantaranya ibnu taimiyah, al-ghazali, dan almaqrizi.
Sesuai dengan penjelasan awal ekonomi konvensional bertolak belakang dengan ekonomi syariah, ekonomi yang dicetuskan oleh adam smith yang umumnya dikenal sebagai bapak ekonomi, ekonomi konvensional menyatakan dalam disetiap transaksi yang diutamakan adalah keuntungan segelintir orang bukanlah kemaslahatan, bunga adalah salah satu ciri utama ekonomi konvensional. Selain itu mata uangnya adalah uang kertas bukan dinar ataupun dirham. Tokoh-tokoh ekonomi konvensional diantaranya adam smith, Thomas R maltus, wallrass (Teori equilibrium), dan J M Keynes (Teori inflasi).
Ketimpangan ekonomi konvensional
Sejak awal dicetuskannya ekonomi konvensional oleh adam smith, mulai timbul berbagai kontroversial karena prinsip ekonomi konvensional ini  adalah bagaimana caranya meminimalisir dan memaksimalkan keuntungan hal ini menjadikan pemicu merajalelanya ketidakadilan, terbukti dengan munculnya ekonomi sosialis yang dilatar belakangi  karena penindasan orang-orang borjuis kepada para buruh.
Selesaikan permasalahan ekonomi konvensional sampai disitu? Ternyata tidak, beberapa waktu kemudian pada abad 20 tepatnya pada tahun 20-30an terjadi krisis dimana-mana menimbulkan permasalahan yang sangat kronis dijerman misalnya pada tahun 1923 krisis menimpa negeri tersebut hingga seorang ibu lebih memilih membakar uang-uangnya untuk mengahangatkan dirinya karena harga banyak tersebut setara dengan harga kayu. Ataupun penjual roti lebih memilih mengangkut uang dengan kereta dorongnya dibandingkan mengisinya dengan roti-roti, pada masa tersebut uang yang mereka miliki (uang kertas) seakan tiada nilainya sama sekali. Negara amerika pun tak terlepas dari krisis diantara tahun 1929-1936 terjadi great depression yang diakibatkan inflasi menghantam amerika.
Permasalahan inflasi yang di akibatkan pemberlakuan ekonomi konvensional sering terjadi di abad 20 ataupun abad 21 ini. Masih jelas dibenak kita tahun 1997 krisis ekonomi di asia tenggara yang melibatkan Indonesia, 4 tahun lalu Negara amerika serikat kembali mengalami krisis ekonomi yang dilatar belakangi kredit macet, banyak perusahaan besar yang collaps diantaranya perusahaan lehnman brother dan sampai saat ini ekonomi amerika belum sepenuhnya pulih. Dan kasus terakhir yang terjadi adalah krisis pertumbuhan ekonomi eropa diantaranya yunani, italia, Portugal dan spanyol.
Penggunaan uang kertas dan bunga adalah pemicu kasus-kasus seperti inflasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Uang kertas memiliki banyak kelemahan karena mudah menimbulkan inflasi bisa kita contohkan tahun 2000 uang seratus rupiah bisa mendapatkan gorengan, namun 12 tahun kemudian dengan uang seratus rupiah hanya bisa mendapat permen, hampir tiada nilainya  sama sekali. Bunga yang sering digunakan dalam transaksi peminjaman kredit uang dapat menyebabkan seseorang terjerat dalam lilitan hutang hingga terjadilah gali lobang tutup lobang. Dan bila peminjam uang tidak mampu mengembalikan uang kredit disertai bunganya, peluang terjadinya inflasi disuatu regional ataupun suatu negeri.
Ekonomi syariah, solusi ekonomi dunia
Melihat ketimpangan ekonomi konvensional, adakah solusi dari permasalahan inflasi ataupun kesenjangan sosial terjadi? Jawabannya ada, yaitu kembali pada ekonomi syariah. Penetapan harga sesuai dengan standar dinar dan dirham terbukti bebas dari inflasi. Harga satu ekor kambing pada zaman rasulullah saw dan sekarang tetaplah sama yaitu satu dinar, berbanding terbalik dengan uang kertas, mata uang kebanggaan ekonomi konvensional yang mudah terkena inflasi. Pengharaman bunga dan prinsip pemerataan keadilan dapat menghapus segala bentuk ketimpangan dan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin yang tengah merebak saat ini dan permasalahan lainnya.
Jadi janganlah menunggu waktu lagi, marilah kita kembali  ke ekonomi syariah dan pulihkan ekonomi dunia ! ekonom rabbani bisa !
Wallahu’alam bissawab…

28 november 2012

No comments:

Post a Comment