Ekonomi, adalah salah satu hal
yang sangat diperlukan oleh manusia dan tak bisa terlepas dari kehidupan
manusia. Bicara tentang ekonomi tak terlepas dari dua kutub yang saling
berlawanan, yaitu ekonomi syariah dan juga ekonomi konvensional, diantara
keduanya takkan pernah ada kesamaan.
Ekonomi syariah vs ekonomi
konvensional (sejarah dan pengenalan )
Ekonomi syariah adalah ekonomi yang
sesuai dengan tuntunan syariat islam yaitu al-qur’an dan as-sunnah ekonomi
syariah bisa juga disebut ekonomi rabbani. Sekian abad lamanya ekonomi syariah Berjaya sejak
pada masa rasulullah saw, dalam setiap transaksinya digunakan mata uang dinar,
mata uang emas yang diadopsi dari mata uang kerajaan romawi, selain dinar mata
uang yang digunakan dalam transaksi
adalah dirham, yaitu uang yang terbuat dari perak, diadopsi dari mata
uang kerajaan Persia. Ekonomi syariah tidak setuju adanya riba ataupun bunga, karena
hal itu akan membuat ketimpangan sosial. Selain itu prinsip ekonomi syariah
adalah untuk kemaslahatan dan pemerataan keadilan bukan penindasan atau pengkayaan kelompok
tertentu. Selama kejayaannya banyak tokoh-tokoh ekonomi syariah beberapa diantaranya
ibnu taimiyah, al-ghazali, dan almaqrizi.
Sesuai dengan penjelasan awal
ekonomi konvensional bertolak belakang dengan ekonomi syariah, ekonomi yang
dicetuskan oleh adam smith yang umumnya dikenal sebagai bapak ekonomi, ekonomi
konvensional menyatakan dalam disetiap transaksi yang diutamakan adalah
keuntungan segelintir orang bukanlah kemaslahatan, bunga adalah salah satu ciri
utama ekonomi konvensional. Selain itu mata uangnya adalah uang kertas bukan dinar
ataupun dirham. Tokoh-tokoh ekonomi konvensional diantaranya adam smith, Thomas
R maltus, wallrass (Teori equilibrium), dan J M Keynes (Teori inflasi).
Ketimpangan ekonomi konvensional
Sejak awal dicetuskannya ekonomi
konvensional oleh adam smith, mulai timbul berbagai kontroversial karena prinsip
ekonomi konvensional ini adalah
bagaimana caranya meminimalisir dan memaksimalkan keuntungan hal ini menjadikan
pemicu merajalelanya ketidakadilan, terbukti dengan munculnya ekonomi sosialis
yang dilatar belakangi karena penindasan
orang-orang borjuis kepada para buruh.
Selesaikan permasalahan ekonomi konvensional
sampai disitu? Ternyata tidak, beberapa waktu kemudian pada abad 20 tepatnya
pada tahun 20-30an terjadi krisis dimana-mana menimbulkan permasalahan yang
sangat kronis dijerman misalnya pada tahun 1923 krisis menimpa negeri tersebut
hingga seorang ibu lebih memilih membakar uang-uangnya untuk mengahangatkan
dirinya karena harga banyak tersebut setara dengan harga kayu. Ataupun penjual
roti lebih memilih mengangkut uang dengan kereta dorongnya dibandingkan
mengisinya dengan roti-roti, pada masa tersebut uang yang mereka miliki (uang
kertas) seakan tiada nilainya sama sekali. Negara amerika pun tak terlepas dari
krisis diantara tahun 1929-1936 terjadi great
depression yang diakibatkan inflasi menghantam amerika.
Permasalahan inflasi yang di
akibatkan pemberlakuan ekonomi konvensional sering terjadi di abad 20 ataupun
abad 21 ini. Masih jelas dibenak kita tahun 1997 krisis ekonomi di asia
tenggara yang melibatkan Indonesia, 4 tahun lalu Negara amerika serikat kembali
mengalami krisis ekonomi yang dilatar belakangi kredit macet, banyak perusahaan
besar yang collaps diantaranya
perusahaan lehnman brother dan sampai
saat ini ekonomi amerika belum sepenuhnya pulih. Dan kasus terakhir yang
terjadi adalah krisis pertumbuhan ekonomi eropa diantaranya yunani, italia, Portugal
dan spanyol.
Penggunaan uang kertas dan bunga
adalah pemicu kasus-kasus seperti inflasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Uang
kertas memiliki banyak kelemahan karena mudah menimbulkan inflasi bisa kita
contohkan tahun 2000 uang seratus rupiah bisa mendapatkan gorengan, namun 12
tahun kemudian dengan uang seratus rupiah hanya bisa mendapat permen, hampir tiada
nilainya sama sekali. Bunga yang sering
digunakan dalam transaksi peminjaman kredit uang dapat menyebabkan seseorang
terjerat dalam lilitan hutang hingga terjadilah gali lobang tutup lobang. Dan bila
peminjam uang tidak mampu mengembalikan uang kredit disertai bunganya, peluang
terjadinya inflasi disuatu regional ataupun suatu negeri.
Ekonomi syariah, solusi ekonomi
dunia
Melihat ketimpangan ekonomi
konvensional, adakah solusi dari permasalahan inflasi ataupun kesenjangan sosial
terjadi? Jawabannya ada, yaitu kembali pada ekonomi syariah. Penetapan harga
sesuai dengan standar dinar dan dirham terbukti bebas dari inflasi. Harga satu
ekor kambing pada zaman rasulullah saw dan sekarang tetaplah sama yaitu satu
dinar, berbanding terbalik dengan uang kertas, mata uang kebanggaan ekonomi
konvensional yang mudah terkena inflasi. Pengharaman bunga dan prinsip
pemerataan keadilan dapat menghapus segala bentuk ketimpangan dan kesenjangan sosial
antara si kaya dan si miskin yang tengah merebak saat ini dan permasalahan
lainnya.
Jadi janganlah menunggu waktu
lagi, marilah kita kembali ke ekonomi
syariah dan pulihkan ekonomi dunia ! ekonom rabbani bisa !
Wallahu’alam bissawab…
28 november 2012
No comments:
Post a Comment