Hidup adalah suatu anugerah besar
yang diberikan allah untuk kita, suatu hal yang mungkin jarang kita sadari
dalam setiap perjalanan hidup ini. Sering kali kita terlupa hidup di dunia ini
sementara dan menganggap seperti akan selamanya
kita abadi di dunia ini.
Hidup di dunia ini tidaklah
abadi, kehidupan di dunia ini ada batasnya dan suatu saat kita kan pergi
meninggalkan dunia ini. Dalam lintasan zaman hidup manusia dimana ada kelahiran
di situ ada pula kematian, lalu apakah yang ada diantara kelahiran dan
kematian? Itulah pilihan, jarang sekali manusia menyadari manusia mempunyai
kebebasan memilih jalan hidupnya di dunia ini.
Ada segelintir orang menganggap
kesusahan hidupnya karena takdir, namun mereka sedikit menyadari ada potensi
yang begitu besar dalam hidupnya, akal pikiran. Allah menganugerahkan kita akal
pikiran supaya kita menemukan solusi setiap problema kehidupan. Bukankah allah
menyatakan semua itu dalam al-qur’an “afalaa tadzakkaruun”.
Akal adalah anugerah begitu luar
biasa yang allah berikan kepada manusia, suatu anugerah yang tidak allah
berikan kepada makhluk lain. bukankah manusia adalah khalifah allah di muka
bumi?
Dalam sejarah manusia telah
tercatat begitu banyak manusia berhasil dalam hidupnya, mereka mampu mengenali
dirinya dan mampu menjadi pencetak sejarah yang mungkin kan selalu dikenang
sepanjang masa. Nabi Muhammad Saw
seorang yang dilahirkan dalam keadaan yatim, mampu menjadi seseorang yang mampu
mengubah dunia. hingga salah satu tokoh barat, Michael hart mengabadikannya
dengan menempatkan nabi Muhammad saw
sebagai tokoh paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Muhammad al-fatih penakluk
konstantinopel akan selalu tercatat dalam lembaran sejarah sebagai seorang
penakluk konstantinopel dalam usia muda. nelson mandela, mantan presiden afrika selatan
akan selalu dikenang sebagai pelopor perlawanan penindasan ras kulit hitam. Dan
wright bersaudara akan selalu dikenal sebagai penemu pesawat terbang, meski
pesawat yang mereka tak bertahan lama terbang.
Bukan hanya sekedar menggunakan
akal, Seorang pencetak sejarah juga bukanlah seorang yang tidak menghargai
waktu, mereka para pencetak sejarah mampu memanfaatkan detik-detik menjadi
sebuah perubahan yang begitu berarti. Pernahkan terlintas 46 detik mampu
mengubah suatu Negara? Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 mengubah Indonesia dari
Negara terjajah menjadi Negara yang merdeka.
Mereka para pencetak sejarah
mampu mengenali potensi dirinya yang begitu besar, lalu bagaimana dengan diri
kita? Sejauh manakah kita memanfaatkan kekuatan yang begitu besar yang ada
dalam diri kita?
Jika lebah memiliki 7000 sel otak
dan memiliki 25 kemampuan, dan manusia memiliki mempunyai 1 trilyun sel otak,
maka jelaslah manusia mempunyai begitu banyak kemampuan. Wright bersaudara
telah membuktikannya, mereka telah memecahkan mitos bahwa manusia tidak bisa
terbang di udara, dan kini kita dapat melihat sendiri setiap pesawat terbang yang
selalu terbang di udara. Tak hanya
sekedar itu, apa yang menjadi mustahil dimasa lalu oleh manusia, telah banyak yang dipecahkan oleh manusia itu
sendiri.
Keterbatasan hidup bukanlah
alasan bagi para pencetak sejarah untuk menghentikan langkahnya, siapa sangka
napoleon Bonaparte seorang pemimpin revolusi prancis awalnya adalah seorang
hansip, atau pemimpin nazi, adolf hitler yang awalnya adalah tukang bangunan?
Mereka mencetak sejarah dengan caranya sendiri, meski memang apa yang mereka
lakukan tidak selamanya benar.
Pencetak sejarah mampu
mengkonversikan setiap imajnasi dalam pikirannya menjadi nyata, wright
bersaudara mampu memanfaatkan imajinasinya tentang manusia bisa terbang
dilangit melalui tindakan yang nyata
yaitu pesawat terbang. begitu juga dengan Thomas alva Edison, meskipun banyak
percobaannya yang gagal, namun ia berhasil menciptakan suatu yang bermanfaat
bagi manusia, lampu pijar. Serupa pula dengan yang dilakukan bill gates, penemu
dan pemilik perusahaan Microsoft.
Mereka manusia-manusia hebat akan
selalu dikenang dan selalu dingat dalam lembaran-lembaran sejarah manusia.
Bagaimana dengan kita? Dan sejauh
mana yang kita lakukan?
No comments:
Post a Comment