5KYyiVKb-LZwL52Ya5xooIyU9Yk catatan fats: SELEMBAR KISAH

Thursday, 13 February 2014

SELEMBAR KISAH



Hiruk piruk suasana kota seakaln tiada sunyi sore ini menemani langkahku yang penuh lelah seharian penuh mengikuti seminar tentang pemberdayaan masyarakat melalui zakat di negeri ini bersama sahabatku. Suasana kota yang membuat gerah menjalari seluruh tubuh menjadikannya bersimbah peluh.
Sore ini matahari mulai kembali ke peraduannya, seolah telah lelah menyinari hari ini. “eh.. kita naik angkot aja yuk..” ajak yusuf kepadaku dan opik. Sejak tadi bertiga berjalan kaki lumayan begitu jauh dari lokasi seminar. ” tanggung deh kayaknya kalau dua kali naik angkot, di depan nanti juga turun lagi. Ane jalan kaki aja dulu  nanti baru naik angkot, sambil menikmati suasana kota hehe..” tanggapku. “pik bareng gak?” Tanya yusuf ke opik.  “ane jalan kaki aja bareng fathan” jawab opik. “ ya udah ane duluan ya…” kata yusuf yang kemudian naik angkot. Aku dan opik melanjutkan jalan kaki di keramaian kota.

Awan merah kini menghiasi langit kota, sesaat kemudian terdengar suara adzan maghrib bergema mengiringi suara-suara kendaraan yang tiada henti terdengar. “fat, kita shalat disini saja atau tidak?” Tanya opik “ kalau ane nanti aja di kosan, tanggung angkotnya udah mau berangkat” suara kendaraan masih tiada henti terdengar, terlihat lalu lalang kendaraan dan kelap-kelip cahaya lampu kendaraan menghiasi jalan.
Langit semakin menggelap, rembulan muncul menerangi malam yang begitu kelam. “fat angkot yang disana aja yuk, tuh si yusuf juga di sana” ajak opik. “wah disana udah penuh ogak kalu desak-desakan didalam angkot, mending disana aja” kataku sambil  menunjuk salah satu angkot.
Sambil berjalan, sejenak ku lihat sejenak keramaian kota, banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, anak-anak kecil tiada kenal lelah menyanyikan lagu demi mendapatkan sesuap nasi hilir mudik dari satu angkot ke angkot lain, ada juga anak muda yang berjalan membawa gitarnya sambil menyanyikan lagu demi mendapatkan sesuap nasi. Dengan sedikit malas kutengadahkan kepala ke atas, ku lihat sianr rembulan  begitu jelas bersinar terang malam ini.
“parung…. Parung… ayo sebentar lagi berangkat” teriak salah satu calo yang berusaha mengumpulkan penumpang pada angkot mobil yang sedang menunggu penumpang. “fat ayo naik..” ajak opik, akupun mengangguk dan kemudian berdua masuk ke dalam angkot.
Gerah dan panas masih tetap terasa,  terlihat di luar masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang, ada yang pulang dari kantor, ada yang masih mengamen, adan yang berjualan dan masih banyak lagi. Terlintas didalam benak kisah yang terjadi hari ini. Ketika pagi hari tadi menaiki angkot sempat tegang dengan ulah sopir angkot yang ugal-ugalan dan terlibat cekcok dengan supir lain. Teringat pula seminar tadi siang seminar tentang pemberdayaan zakat, begitu banyaknya potensi zakat di negeri ini yang bisa dikumpulkan untuk mengatasi banyak permasalahan kemiskinan negeri ini. Namun dalam faktanya belumlah terealisasi secara optimal. Dengan adanya perberdayaan masyarakat melalui dana zakat akan banyak orang yang hidupnya kurang beruntung bisa terselamatkan.
“fat, tadi berangkat jam berapa?” Tanya opik yang duduk disamping. Sontak lamunanku buyar “ane berangkat jam 6 pik, takut nanti terlambat. Eh tadi kok ente datangnya terlambat?” jawabku sambil balik bertanya. “ane nunggu si yusuf dulu, dia memang kadang suka telat, tapi ingin selalu ditungguin” jawabnya dengan nada sedikit kesal.
“kiri.. kiri..” teriak salah seorang penumpang, angkot pun berhenti dan penumpang pun turun  dari angkot stelah membayar ongkos kepada sopir. Sesaat kemudian angkot pun mulai melaju lagi melintasi jalan raya yang dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang. Tak lama kemudian angkotpun kembali berhenti, seorang bapak tua terlihat seperti baru pulang bekerja masuk ke dalam angkot, tak lama kemudian angkot pun melaju kembali.
Suasana nagkot begitu hening, hanya suara – suara kendaraan yang melintas. Sesaat angkot pun terhenti “wah.. kayaknya macet nihkalau merayap gini..” keluh opik “di depan ada lampu merah jadinya macet” tanggapku. “oh..” hanya itulah yang dikatakan opik.
Terlihat dari jauh lampu merah berganti menjadi hijau, satu persatu kendaraan mulai kembali berjalan. Suasana masih begitu hening di dalam angkot, sesaat kemudian angkot pun melaju, terlihat sopir menghidupkan audio mobil memutar lagu daerah dengan volume yang keras. “ eh pik, jam berap sekarang?” tanyaku ke opik. “jam 18.25” jawabnya sambil melihat jam ditangannya.
Suara lagu daerah yang diputar sopir angkot terasa seperti memekakkan tellinga, kulihat ada penumpang ibu-ibu kadang menutup telinganya dengan kedua tangannya. Iseng-iseng ku bisiki opik “eh pik, tau gak arti lagunya?” “mana ku tau hehe” jawab opik dengan sedikit tertawa terkekeh-kekeh.
 Tak lama kemudian  aku dan opik turun dari angkot dan membayar ongkos ke sopir. “pik ane duluan ya, assalamu’alaikum” “wa’alaikumsalam..” aku dan opik berpisha. Ku langkahkan kakiku menuju kosan yang begitu jauh dari jalan raya. Kutengadahkan kepalaku keatas langit, bulan masih bersinar terangi malam ditemani bintang-bintang yang berkelip-kelip. Tak terasa hari ini akan segera berlalu dan banyak cerita yang telah terjadi hari ini. Teringat apa yang telah ku lihat selama perjalanan tadi, masih banyak orang yang belum beruntung hidupnya. Rembulan senantiasa menyinari malam memberi suasana kehangatan. Apakah mereka merasakan juga setiap suasana kehangatan yang hadir kala malam datang? Entahlah.. ku tak tahu, yang hanya ku tahu hanya selembar kisah yang telah tersaji hari ini…..

Memori ciputat – parung, juni 2013
11 februari 2013

No comments:

Post a Comment