Hiruk piruk suasana kota seakaln tiada sunyi sore ini
menemani langkahku yang penuh lelah seharian penuh mengikuti seminar tentang
pemberdayaan masyarakat melalui zakat di negeri ini bersama sahabatku. Suasana
kota yang membuat gerah menjalari seluruh tubuh menjadikannya bersimbah peluh.
Sore ini matahari mulai kembali ke peraduannya, seolah telah
lelah menyinari hari ini. “eh.. kita naik angkot aja yuk..” ajak yusuf kepadaku
dan opik. Sejak tadi bertiga berjalan kaki lumayan begitu jauh dari lokasi
seminar. ” tanggung deh kayaknya kalau dua kali naik angkot, di depan nanti
juga turun lagi. Ane jalan kaki aja dulu
nanti baru naik angkot, sambil menikmati suasana kota hehe..” tanggapku.
“pik bareng gak?” Tanya yusuf ke opik.
“ane jalan kaki aja bareng fathan” jawab opik. “ ya udah ane duluan ya…”
kata yusuf yang kemudian naik angkot. Aku dan opik melanjutkan jalan kaki di
keramaian kota.
Awan merah kini menghiasi langit kota, sesaat kemudian
terdengar suara adzan maghrib bergema mengiringi suara-suara kendaraan yang
tiada henti terdengar. “fat, kita shalat disini saja atau tidak?” Tanya opik “
kalau ane nanti aja di kosan, tanggung angkotnya udah mau berangkat” suara
kendaraan masih tiada henti terdengar, terlihat lalu lalang kendaraan dan kelap-kelip
cahaya lampu kendaraan menghiasi jalan.
Langit semakin menggelap, rembulan muncul menerangi malam
yang begitu kelam. “fat angkot yang disana aja yuk, tuh si yusuf juga di sana”
ajak opik. “wah disana udah penuh ogak kalu desak-desakan didalam angkot,
mending disana aja” kataku sambil
menunjuk salah satu angkot.
Sambil berjalan, sejenak ku lihat sejenak keramaian kota,
banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, anak-anak kecil tiada
kenal lelah menyanyikan lagu demi mendapatkan sesuap nasi hilir mudik dari satu
angkot ke angkot lain, ada juga anak muda yang berjalan membawa gitarnya sambil
menyanyikan lagu demi mendapatkan sesuap nasi. Dengan sedikit malas
kutengadahkan kepala ke atas, ku lihat sianr rembulan begitu jelas bersinar terang malam ini.
“parung…. Parung… ayo sebentar lagi berangkat” teriak salah
satu calo yang berusaha mengumpulkan penumpang pada angkot mobil yang sedang
menunggu penumpang. “fat ayo naik..” ajak opik, akupun mengangguk dan kemudian
berdua masuk ke dalam angkot.
Gerah dan panas masih tetap terasa, terlihat di luar masih begitu ramai, banyak
orang berlalu lalang, ada yang pulang dari kantor, ada yang masih mengamen,
adan yang berjualan dan masih banyak lagi. Terlintas didalam benak kisah yang
terjadi hari ini. Ketika pagi hari tadi menaiki angkot sempat tegang dengan
ulah sopir angkot yang ugal-ugalan dan terlibat cekcok dengan supir lain.
Teringat pula seminar tadi siang seminar tentang pemberdayaan zakat, begitu
banyaknya potensi zakat di negeri ini yang bisa dikumpulkan untuk mengatasi
banyak permasalahan kemiskinan negeri ini. Namun dalam faktanya belumlah
terealisasi secara optimal. Dengan adanya perberdayaan masyarakat melalui dana
zakat akan banyak orang yang hidupnya kurang beruntung bisa terselamatkan.
“fat, tadi berangkat jam berapa?” Tanya opik yang duduk
disamping. Sontak lamunanku buyar “ane berangkat jam 6 pik, takut nanti
terlambat. Eh tadi kok ente datangnya terlambat?” jawabku sambil balik
bertanya. “ane nunggu si yusuf dulu, dia memang kadang suka telat, tapi ingin
selalu ditungguin” jawabnya dengan nada sedikit kesal.
“kiri.. kiri..” teriak salah seorang penumpang, angkot pun
berhenti dan penumpang pun turun dari
angkot stelah membayar ongkos kepada sopir. Sesaat kemudian angkot pun mulai
melaju lagi melintasi jalan raya yang dipenuhi kendaraan yang berlalu lalang.
Tak lama kemudian angkotpun kembali berhenti, seorang bapak tua terlihat
seperti baru pulang bekerja masuk ke dalam angkot, tak lama kemudian angkot pun
melaju kembali.
Suasana nagkot begitu hening, hanya suara – suara kendaraan
yang melintas. Sesaat angkot pun terhenti “wah.. kayaknya macet nihkalau
merayap gini..” keluh opik “di depan ada lampu merah jadinya macet” tanggapku.
“oh..” hanya itulah yang dikatakan opik.
Terlihat dari jauh lampu merah berganti menjadi hijau, satu
persatu kendaraan mulai kembali berjalan. Suasana masih begitu hening di dalam
angkot, sesaat kemudian angkot pun melaju, terlihat sopir menghidupkan audio
mobil memutar lagu daerah dengan volume yang keras. “ eh pik, jam berap
sekarang?” tanyaku ke opik. “jam 18.25” jawabnya sambil melihat jam
ditangannya.
Suara lagu daerah yang diputar sopir angkot terasa seperti
memekakkan tellinga, kulihat ada penumpang ibu-ibu kadang menutup telinganya
dengan kedua tangannya. Iseng-iseng ku bisiki opik “eh pik, tau gak arti
lagunya?” “mana ku tau hehe” jawab opik dengan sedikit tertawa terkekeh-kekeh.
Tak lama kemudian aku dan opik turun dari angkot dan membayar
ongkos ke sopir. “pik ane duluan ya, assalamu’alaikum” “wa’alaikumsalam..” aku
dan opik berpisha. Ku langkahkan kakiku menuju kosan yang begitu jauh dari
jalan raya. Kutengadahkan kepalaku keatas langit, bulan masih bersinar terangi
malam ditemani bintang-bintang yang berkelip-kelip. Tak terasa hari ini akan
segera berlalu dan banyak cerita yang telah terjadi hari ini. Teringat apa yang
telah ku lihat selama perjalanan tadi, masih banyak orang yang belum beruntung
hidupnya. Rembulan senantiasa menyinari malam memberi suasana kehangatan.
Apakah mereka merasakan juga setiap suasana kehangatan yang hadir kala malam
datang? Entahlah.. ku tak tahu, yang hanya ku tahu hanya selembar kisah yang
telah tersaji hari ini…..
Memori ciputat – parung, juni 2013
11 februari 2013
No comments:
Post a Comment